|
Ilustrasi (Foto Dok. Thinkstock) |
DUNIA BERITA - Menurut sebuah studi baru yang dilansir Daily Meal, menyebutkan bahwa anak-anak yang berbuat bullying ternyata berisiko mengalami gejala bulimia atau gangguan makan, demikian laporan studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Duke University dan University of North Carolina.
William Copeland, penulis studi yang juga profesor psikiatri dan ilmu perilaku manusia di Duke University School of Medicine, mengatakan "Sedari dulu sudah ada cerita bahwa orang yang berbuat bullying tidak mempunyai masalah dan lebih sehat."
"Kelihatannya mereka nampak baik untuk memanipulasi situasi sosial atau mudah keluar dari masalah. Namun beda cerita taktala terkait kesehatan," kata Copeland, seperti dikutip dari laman CNN Indonesia.
Studi yang dilakukan melalui mekanisme tanya jawab terhadap 1.420 murid sekolah ini mengungkapkan baik pembully maupun orang yang dibully mempunyai risiko dua kali lipat dari teman-teman lainnnya untuk mengalami masalah gangguan makan.
Bila korban bully dan kekerasan lainnya berisiko dua kali lipat lebih besar menampakkan gejala anoreksia dan bulimia. Sementara anak yang acap kali tersangkut keduanya (adakalanya membully dan sesekali jadi korban) diperkirakan memiliki risiko 22,8 persen mengalami anoreksia ketimbang 5,6 persen anak yang tidak tersangkut bullying sama sekali).
Anak-anak dalam kelompok ini juga alih-alih cenderung untuk mabuk-mabukan daripada mereka yang tidak termasuk dalam kelompok ini (4,8 persen berbanding dengan satu persen).
Sementara para pelaku bullying ternyata memiliki risiko masalah gangguan makan sebesar 30,8 persen. Jumlah ini berbanding dengan 17,6 persen teman-teman sekolah lainnya.
"Lantaran mengganggu orang lain dapat menjadikan mereka peka terhadap potret tubuh mereka sendiri. Belakangan mereka akan merasa menyesal atas perilakunya, lantas mereka pun akan menghadapi masalah gangguan makan atau bisa juga olahraga berlebihan," ujarnya.