|
Ilustrasi Tidur Mendengkur (Foto Dok. Getty Images) |
DUNIA BERITA - Anda pasti sudah pernah mendengar orang tidur dengan mendengkur, bahkan terkadang hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Suara mendengkur memang mengganggu, namun sesekali malah dijadikan bahan tertawaan.
Akan tetapi sebuah penelitian yang dilaporkan dalam The Journal of Clinical Sleep Medicine mengatakan bahwa mendengkur dengan henti nafas yang parah akan memicu risiko kematian, stroke dan kanker.
Henti nafas ketika tidur atau dikenal dengan sleep apnea merupakan diantara pemicu hipertensi, penyakit jantung, stroke, diabetes, bahkan kematian.
Mendengkur timbul karena saluran nafas yang menyempit ketika tidur. Karenanya saluran nafas dapat tersumbat hingga tidak ada udara yang bisa lewat. Coba lihat saja orang yang mendengkur, diantara mendengkur terkadang diikuti episode sunyi, tapi gerakan nafas terlihat menghebat. Pendengkur nampak sesak seperti tercekik dalam tidurnya. Beberapa waktu kemudian, seketika ia akan tampak tersedak dan mengambil nafas, lantas mendengkur kembali.
Namun tidak semua dengkuran merupakan sleep apnea. Pendengkur perlu melakukan pemeriksaan tidur di laboratorium tidur terlebih dahulu untuk memastikannya. Kelak penderita sleep apnea akan dikelompokkan menjadi dengkuran tanpa henti nafas, sleep apnea ringan, sedang atau berat, menurut jumlah henti nafas perjam yang dialaminya.
Menurut sebuah tim peneliti di Australia yang mendata dan mengamati 397 orang dewasa selama periode 20 tahun. Para peserta diperiksa dengkuranya lalu dikelompokkan menurut derajat keparahan sleep apnea.
Alhasil, seperti dikutip dari Kompas, risiko kematian penderita sleep apnea yang sedang dan berat ialah 4 kali lipat dibandingkan pendengkur tanpa sleep apnea. Mereka juga cenderung berisiko terserang stroke. Sedang kemungkinan menderita kanker ialah 2,5 kali lipat dan peluang meninggal akibat kanker yakni 3 kali lipat.
Biasanya mendengkur dan sleep apnea selalu dihubungkan dengan kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Namun, penelitian yang dilakukan pada populasi kota Busselton di Australia, membuktikan bahwa risiko kematian akibat kanker pada pendengkur. Hal ini menunjukkan kemungkinan lain perihal keterkaitan obesitas dan kanker.
Kolerasi antara sleep apnea dan kanker belum sepenuhnya dimengerti. Para peneliti di Spanyol mendapati bahwa tikus dengan kondisi oksigen malam hari yang dibuat seperti pendengkur atau sleep apnea, berdampak pada meningkatnya pertumbuhan sel-sel kanker.