|
Ilustrasi bayi (Foto Dok. Getty Images) |
DUNIA BERITA - Berhati-hatilah terhadap batuk rejan pada bayi anda. Sebuah penelitian menunjukkan, anak-anak yang didiagnosis terserang pertusis atau batuk rejan pada usia dini, berdampak peningkatan risiko epilepsi tatkala masa kanak-kanak.
Seperti diberitakan Reuters, ketua tim studi, Morten Olsen dari Universitas Aarshus di Denmark, mengatakan "Asosiasi yang kami identifikasi sangat penting pada tingkat populasi, anak yang ditangani di rumah sakit akibat pertusis akan mempunyai risiko epilepsi yang sangat rendah."
Mengutip laman CNN Indonesia, Pertusis merupakan infeksi saluran nafas akut yang sering timbul pada masa kanak-kanak. Hal ini memengaruhi sekitar 16 juta orang per tahun. Dampak dari batuk ini sangat buruk, mengakibatkan anak susah untuk makan, minum dan bernafas.
Berdasarkan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat, batuk bisa terjadi selama berminggu-minggu dan dapat mengakibatkan pneumonia, kerusakan otak, kejang, bahkan kematian.
Di negara Amerika Serikat, anak-anak diberikan lima dosis vaksin pertusis, yang merupakan bagian dari jadwal vaksin DtaP (jenis imunisasi DPT) di usia dua, empat, enam dan 18 bulan, serta pada umur empat sampai enam tahun. Vaksin ini juga mencegah dari penyakit bakteri, seperti difteri dan tetanus.
Selama penelitian baru ini, para peneliti memanfaatkan data nasional di Denmark. Mereka memelajari 47 ribu pasien yang lahir periode tahun 1978 dan 2011, yang mengidap pertusis, setengah dari mereka terjangkit sebelum usia enam bulan.
Tatkala dibandingkan dengan kelompok pembanding yang cocok jenis kelamin dan tahun kelahirannya, individu dengan diagnosis pertusis ketika bayi berisiko lebih tinggi menderita epilepsi pada masa kanak-kanak.
Anak-anak yang terjangkit pertusis setelah umur tiga tahun tidak mengalami peningkatan risiko epilepsi, tutur penulis studi.
Menurut pendapat Eugene D. Shapiro dari Yale School of Public Health di New Haven, menyebutkan bahwa ada kemungkinan kadar oksigen dalam darah yang rendah sebab terbatuk-batuk ketika masih kecil dapat merusak otak, dan berdampak peningkatan risiko epilepsi nantinya.
Kemungkinan lainnya, batuk yang kronis dapat mengakibatkan peningkatan tekanan dalam pembuluh darah di otak dan perdarahan yang berdampak kerusakan saraf, ujar Shapiro, seperti dilansir laman Reuters.
Dia menambahkan, akan terdapat banyak komplikasi lain dari pertusis, oleh karena itu, ini merupakan alasan yang baik untuk terus memberikan vaksinasi kepada anak-anak kita.
Sedangkan, menurut David Geffen dari Fakultas Kedokteran UCLA, Los Angeles, menyatakan "Sepertinya rasional jika epilepsi timbul pada anak-anak yang mengidap pertusis ketika bayi, infeksi ini juga dapat berdampak peningkatan bahaya komplikasi otak lain."