|
Ilustrasi (Foto Dok. Thinkstock) |
DUNIA BERITA - Sebuah studi menemukan bahwa mengganti kontak tatap muka dengan teman dan keluarga dengan pesan pendek elektronik, surat elektronik dan sambungan telepon dapat meningkatkan risiko depresi dua kali lebih tinggi.
Studi yang dilakukan terhadap 11 ribu responden ini mendapati bahwa mereka yang bertatap muka langsung dengan teman-teman dan keluarga sedikitnya tiga kali dalam seminggu, kecil kemungkinan menderita depresi.
Sedang seseorang yang bertemu langsung dengan teman-teman dan keluarga hanya sekali setiap beberapa bulan, mempunyai kecenderungan mengalami depresi dua tahun kemudian, dengan tingkat peluang sebesar 11,5 persen.
Tetapi, mereka yang melakukan kontak langsung dengan keluarga dan teman-temannya setidaknya tiga kali seminggu memiliki gejala depresi paling rendah, dengan tingkat kemungkinan 6,5 persen.
Penelitian yang dilakukan Universitas Mechigan dan dipublikasikan dalam Journal of the American Geriatrics Society, ini merupakan kajian pertama yang meneliti dampak jenis kontak sosial yang berbeda terhadap depresi.
Dalam studi ini, seperti dikutip dari laman CNN Indonesia, usia responden adalah 50 tahun ke atas dan diamati selama dua tahun.
Kendati ditemukan keterkaitan kuat antara bertatap muka langsung dan depresi, rutinitas dan kuantitas dengan orang-orang terdekat menggunakan telepon, surat elektronik atau media sosial terbukti tidak berdampak pada pencegahan depresi.
Menurut Dr Alan Teo, pemimpin studi ini yang juga pengajar psikiatri dari Universitas Oregon, menyebutkan "Kami mendapati bahwa seluruh bentuk sosialisasi tidak sama. Kaitan telepon dan komunikasi digital, dengan anggota keluarga atau teman, tidak mempunyai pengaruh yang sama kuat seperti interaksi sosial langsung dalam menghindari depresi."
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa pada usia berbeda, responden memperoleh faedah dari bentuk hubungan yang berbeda.
Para peneliti menjumpai di kalangan paruh baya berusia 50-59 tahun, bertatap muka secara langsung dengan teman yang sering dilakukan dapat menekan ancaman depresi yang akan timbul.
Sedangkan untuk responden berusia di atas 70 tahun, kontak dengan anak dan keluarga lain akan membawa dampak yang paling besar.
Dr Teo menuturkan "Studi yang ada sejak lama menyebutkan bahwa ikatan sosial yang kuat dapat menguatkan kesehatan mental seseorang. Akan tetapi, studi ini untuk pertama kali mengetahui peran jenis komunikasi dengan handai taulan dalam mencegah seseorang terserang depresi."
Mereka yang belakangan mengalami depresi kemungkinan memilih untuk tidak bertemu dengan teman dan keluarga.
Penelitian ini juga mengikutsertakan faktor-faktor penunjang yang sudah ada sebelumnya seperti responden sudah mengidap depresi saat kajian dilakukan.