|
Ilustrasi serangan jantung (Grafis/CNN) |
DUNIA BERITA - Sebuah penelitian baru di Eropa memaparkan bahwa bagi orang tua tanpa demensia, yakni pikiran yang tak jelas dan kontrol diri yang kurang berpotensi tanda dari risiko tinggi serangan jantung atau stroke.
Orang tua yang meraih skor buruk pada tes pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, yang juga disebut sebagai keterampilan fungsi eksekutif, berisiko hampir dua kali lipat terkena serangan jantung dan 50 persen cenderung berisiko tinggi terhadap erangan stroke, dibandingkan dengan orang tua yang lebih baik dalam hasil tes, demikian seperti dilansir dari laman Reuters.
Menurut salah-satu peneliti, Behnam Sabayan dari Fakultas Kedokteran Universitas Leiden, Belanda menyatakan bahwa akibat skor yang rendah pada hasil tes fungsi kognitif, dapat menunjukkan kerusakan pembuluh darah sebelumnya di otak, oleh karenanya para peneliti melihat hubungannya dengan risiko stroke. Tetapi, pada prosesnya mereka terperangah melihat adanya peningkatan risiko peningkatan serangan jantung juga.
"Hal ini mungkin menggambarkan kerusakan pada pembuluh darah adalah fenomena global dalam tubuh kita. Dan saat kita melihat kelainan di salah-satu organ kita, mestinya kita berpikir tentang organ yang lain juga," ujar Sabayan.
"Ini merupakan rangkaian bukti lain yang memperlihatkan bahwa patologi di tingkat jantung atau otak tidak independen," ujar Sabayan.
Sabayan juga menuturkan, para ahli saraf dan jantung mesti bekerjasama untuk mendeteksi lebih awal orang tua yang berisiko terhadap gangguan pembuluh darah atau pembuluh darah otak.
Para peneliti telah menyurvei sekitar 3.926 orang tua di Belanda, Irlandia dan Skotlandia, dalam melakukan riset tersebut usia rata-rata responden adalah 75 tahun, dan rata-rata mereka mempunyai riwayat penyakit jantung atau berisiko tinggi terhadap serangan jantung karena tekanan darah tinggi, diabetes atau perilaku merokok, walaupun tidak ada riwayat jantung sebenarnya.
Dalam penelitian selama tiga tahun menunjukkan ada 375 kejadian koroner, meliputi serangan jantung atau kematian akibat penyakit jantung, serta 155 kejadian stroke dalam kelompok tersebut.
Para peneliti memisah peserta secara rata ke dalam tiga kelompok berdasarkan skor keahlian fungsi eksekutif di awal penelitian.
Peserta dengan skor terendah, lebih mungkin mengembangkan penyakit jantung koroner sekitar 85 persen dan 51 persen cenderung mengalami stroke, dibandingkan peserta dengan skor tertinggi, demikian dikutip dari ANTARA.