|
Tikus (Foto Twitter) |
DUNIA BERITA - Para ilmuwan Washington University of Medicine dan University Illinois diberitakan telah berhasil mengubah jaringan saraf tikus di laboratorium menggunakan kontroler nirkabel. Dengan demikian, mereka mengklaim bisa mengatur pergerakan tikus dari jarak jauh.
Seperti dikutip dari kantor berita CNN Indonesia yang dilaporkan Reuters, para ilmuwan juga diketahui sanggup menganalisis efek stimulasi saraf tanpa melewati prosedur invasif, melainkan hanya dengan subjek tes yang dihubungkan dengan kabel atau yang dikenal dengan metode implan.
Hebatnya, walaupun implan tadi tak setebal rambut manusia, namun kenyataannya dengan memasang perangkat tadi di kepala tikus, para ilmuwan sanggup menentukan jalur tikus berjalan menggunakan remot kontrol.
Perangkat yang di kembangkan oleh tim dari University Washington of Medicine dan University of Illionis adalah Implan Optofluidic. Dari riset yang dilakukan, mekanisme ini dipercaya bisa menemukan kerusakan dan juga menggantikan jaringan otak jauh lebih sedikit daripada tabung logam. atau kanula manusia seperti yang biasa dilakukan para ilmuwan untuk menyuntikkan narkoba.
Seharusnya perangkat ini diujicobakan dengan dipasangkan ke kepala tikus dan didukung oleh baterai kecil. Dari eksperimen itu, tikus akan lebih dulu dibuat berjalan dilingkaran setelah obat yang mirip morfin disuntikkan ke daerah otak yang mampu mengendalikan rangsangan dan kecanduan.
Pada percobaan yang lain, para ilmuwan juga bisa menerapkan teknik lain yang dikenal sebagai Optogenitics, atau tikus yang sebelumnya telah dimodifikasi sehingga neuronnya bercahaya seperti lampu sensitif. Meski cara ini dilakukan untuk merangsang sel-sel otak tikus dengan miniatur LED.
Di poin tes tersebut, tikus akan dibuat tinggal di salah satu sisi kandang yang berjarak sehingga membuat pulsa implan bisa bersinar cahaya pada sel-sel tertentu. Bukanlah hal fiksi, hingga akhirnya antena yang ditaruh pada jarak jauh selama eksperimen berlangsung mampu menggerakkan tikus.
Walaupun terkadang invasif, riset ini seharusnya dilakukan untuk mengobati gangguan neurologis meliputi stres, depresi, kecanduan dan nyeri pada manusia. Tetapi, sampai sekarang ini belum ada manusia yang telah menjadi "tikus percobaan".